“Satu..
dua.. tiga! Larii…” teriak Ketua Rusa. Dia menyemangati rusa lain yang sedang
lomba lari melawan kelinci. “Ayo, kalau kita menang, kita ambil rumah si
Kelinci!” teriak Rusa lagi. Rusa akhirnya memenangkan perlombaan. Kelinci, mau
tak mau harus menyerahkan rumahnya pada kelompok rusa. “Tuh kan, aku blang apa?
Kami ini, kelompok hewan terhebat!” kata
para Rusa pongah.
Kelompok rusa
memang selalu begitu. Mereka selalu menantang hewan lain untuk lomba lari. Mereka
merasa paling cepat larinya. Awalnya hanya pertandingan biasa. Namun,
lama-kelamaan rusa juga meyita tempat tinggal hewan yang kalah.
Dulu,
kehidupan di hutan di Kepulauan Aru ini cukup damai. Sayang, sekarang para
hewan tak bisa lagi hidup nyaman. Banyak yang tak punya tempat tinggal, karena
sudah disita rusa. Mereka pun resah. Keresahan mereka didengar kelompok
kelomang yang tinggal di tepi Aru. “Mengapa kalian membiarkan rusa melakukan
itu?”. “Kami tak bisa apa-apa. Mereka memaksa mengambuk tempat tinggal kami.” Sahut
Kelinci.
Kelompok
kelomang berpikir keras.
“Mereka
memang hewan yang lincah. Namun, kita harus bisa mengalahkan mereka.”
“itu tak
mungkin.” Sahut Kelinci dan hewan-hewan lain.
“Tak ada yang
tidak mungkin di dunia ini.” Sahut Ketua Kelomang.
Semakin
hari, kelompok rusa semakin semena-mena. Mereka masih saja mencari-cari, siapa
yang hendak ditantang. “Hm, sekarang siapa lagi yang akan kita tantang? Semuanya
sudah pernah kita kalahkan.” kata salah satu Rusa.
Srek.. srek.. semak-semak berbunyi. Kelompok Kelomang
lewat.
“Aha!
Kelomang. Kita belum pernah menantang mereka.”
“Oh. Iya ya.
Kalau begitu, kita tentang yuk.”
Ketua Rusa
dan kelompoknya pun mendatangi kelomang.
“Hai,
Kelomang. Kita lomba lari, yuk?” tantang mereka.
“Lomba lari?
Siapa takut?” sahut Ketua Kelomang.
Para rusa
terkekeh. Mereka tak menyangka, kelomang-kelomang itu berani menerima
tantangan.
“Ssst,
kalian tahu kan, daerah tempat tinggal kelomang itu masih indah dan sejuk? Kalau
kita bisa merebutnya, asyik lho.” para rusa berbisik.
“Ya, kita
pasti menang! Kami mau bertanding dengan kalian, tapi ada syaratnya.” kata
Ketua Kelomang. “Jika kami kalah, silahkan ambil wilayah kami. Tapi jika kalian
kalah, kembalikan semua wilayah tempat tinggal hewan-hewan lain yang sudah
kalian rampas.”
Para rusa
saling berpandangan.
“HAHAHAHA…
kami tidak mungkin kalah. Tapi, baiklah. Kalau kami kalah, kami akan
mengembalikan semuanya.” sahut Ketua Rusa.
Mereka pun
memutuskan waktu pertandingan. Mereka akan bertanding besok. Tepat di saat
matahari terbit. Rusa tak pernah tahu bahwa kelomang adalah hewan cerdik.
Meski
mereka lamban, mereka punya banyak akal. Para kelomang telah menyusun rencana
untuk mengalahkan rusa.
Para rusa
malah sibuk bersantai. Mereka bahkan tak memikirkan siapa yang akan mewakili
mereka bertanding esok. “Siapa saja boleh. Toh ini hanya melawan kelomang.”
Pagi pun
tiba. Rusa segera bergegas ke tempat pertandingan. Di sana, sudah ada seekor
kelomang menunggu. “Hei, di mana teman-temanmu?” Tanya Rusa.
“Mereka
tidak ikut. Ini bukan peristiwa penting,” sahut Kelomang.
“Oh, mungkin
mereka tidak tega melihatmu kalah, hihihi.”
Mendengar ejekan
Rusa, Kelomang hanya tersenyum.
“Kita lihat
nanti, siapa yang tertawa belakang.”
Para rusa
pun bergumam, “Sombong sekali. Hewan lamban tak mungkin menang.”
Ketua Rusa
memberi aba-aba.
“Satu..
dua.. tiga. Lari!” teriaknya.
Rusa lari
dengan santai. Sesekali, dia berhenti dan duduk-duduk.
Berkali-kali,
Rusa membiarkan Kelomang lari di depannya.
“Biar saja
dia di depan, biar senang. Santai saja,” Rusa pun duduk di bawah pohon sambil
terkantuk-kantuk.
Rusa tak
tahu. Diam-diam, Kelomang dan kelompoknya telah mengatur strategi. Sebenarnya,
ada sepuluh kelomang yang hadir di pertandingan itu. Masing-masing bersembunyi
di titik perhentian, termasuk titik final.
Rusa terkantuk-kantuk,
sampai dia tak melihat kelomang lagi.
“Eh, dia
sudah tidak kelihatan. Aku harus menyusulnya!”
WUZZZZ…. secepat
kilat. Rusa berlari. Tampak olehnya Kelomang berjalan tertatih. Rusa menyusul
dan menyalip dengan mudah.
“Hihi,
santai lagi ah,” kata Rusa.
Rusa kembali
membiarkan Kelomang menyusul. Dia bahkan sempat mencari buah-buahan untuk
makan. Dia makan sampai kenyang, lalu tidur.
Rusa tidur
pulas sekali, sampai tak sadar Kelomang sudah jauh di hadapannya. PLUK… sebuah
jamur air jatuh menimpa wajah Rusa.
“Aduh!”
“Haaa,
Kelomang sudah dimana?” teriaknya.
Rusa buru-buru
berlari lagu. Sekuat tenaga, dia mengejar Kelomang.
“Itu dia!”
teriaknya saat melihat Kelomang dari kejauhan.
WUSS..
WUSS.. Rusa menyalip Kelomang.
“Menyerah
sajalah, kau tak akan menang,” ejeknya.
Rusa terus
berlari, sampai ke perhentian berikutnya. Namun, betapa kagetnya dia melihat
Kelomang sudah ada di sana. “Hah? Kok bisa?” Rusa kembali berlari kencang.
Berulang kali
Rusa menyalip Kelomang, tapi berulang kali pula Kelomang selalu kembali berada
di depan. Rusa tak mau menyerah. Dia mengerahkan seluruh tenanganya untuk
mempercepat larinya.
HOS… HOS…
HOS… akhirnya Rusa tiba di garis akhir.
“APA?” mata
Rusa membelalak. Kelomang sudah menantinya di garis akhir.
“Bagaimana
mungkin?” Rusa mengucek matanya.
Teman-teman
Rusa pun keheranan. Meski demikian, mereka tak menyangkal kemenangan Kelomang.