Kamis, 28 Juni 2018

RUSA DAN KELOMANG


“Satu.. dua.. tiga! Larii…” teriak Ketua Rusa. Dia menyemangati rusa lain yang sedang lomba lari melawan kelinci. “Ayo, kalau kita menang, kita ambil rumah si Kelinci!” teriak Rusa lagi. Rusa akhirnya memenangkan perlombaan. Kelinci, mau tak mau harus menyerahkan rumahnya pada kelompok rusa. “Tuh kan, aku blang apa? Kami ini, kelompok  hewan terhebat!” kata para Rusa pongah.

Kelompok rusa memang selalu begitu. Mereka selalu menantang hewan lain untuk lomba lari. Mereka merasa paling cepat larinya. Awalnya hanya pertandingan biasa. Namun, lama-kelamaan rusa juga meyita tempat tinggal hewan yang kalah.

Dulu, kehidupan di hutan di Kepulauan Aru ini cukup damai. Sayang, sekarang para hewan tak bisa lagi hidup nyaman. Banyak yang tak punya tempat tinggal, karena sudah disita rusa. Mereka pun resah. Keresahan mereka didengar kelompok kelomang yang tinggal di tepi Aru. “Mengapa kalian membiarkan rusa melakukan itu?”. “Kami tak bisa apa-apa. Mereka memaksa mengambuk tempat tinggal kami.” Sahut Kelinci.

Kelompok kelomang berpikir keras.

“Mereka memang hewan yang lincah. Namun, kita harus bisa mengalahkan mereka.”

“itu tak mungkin.” Sahut Kelinci dan hewan-hewan lain.

“Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini.” Sahut Ketua Kelomang.

Semakin hari, kelompok rusa semakin semena-mena. Mereka masih saja mencari-cari, siapa yang hendak ditantang. “Hm, sekarang siapa lagi yang akan kita tantang? Semuanya sudah pernah kita kalahkan.” kata salah satu Rusa.

Srek.. srek.. semak-semak berbunyi. Kelompok Kelomang lewat.

“Aha! Kelomang. Kita belum pernah menantang mereka.”

“Oh. Iya ya. Kalau begitu, kita tentang yuk.”

Ketua Rusa dan kelompoknya pun mendatangi kelomang.

“Hai, Kelomang. Kita lomba lari, yuk?” tantang mereka.

“Lomba lari? Siapa takut?” sahut Ketua Kelomang.

Para rusa terkekeh. Mereka tak menyangka, kelomang-kelomang itu berani menerima tantangan.

“Ssst, kalian tahu kan, daerah tempat tinggal kelomang itu masih indah dan sejuk? Kalau kita bisa merebutnya, asyik lho.” para rusa berbisik.

“Ya, kita pasti menang! Kami mau bertanding dengan kalian, tapi ada syaratnya.” kata Ketua Kelomang. “Jika kami kalah, silahkan ambil wilayah kami. Tapi jika kalian kalah, kembalikan semua wilayah tempat tinggal hewan-hewan lain yang sudah kalian rampas.”

Para rusa saling berpandangan.

“HAHAHAHA… kami tidak mungkin kalah. Tapi, baiklah. Kalau kami kalah, kami akan mengembalikan semuanya.” sahut Ketua Rusa.

Mereka pun memutuskan waktu pertandingan. Mereka akan bertanding besok. Tepat di saat matahari terbit. Rusa tak pernah tahu bahwa kelomang adalah hewan cerdik. 

Meski mereka lamban, mereka punya banyak akal. Para kelomang telah menyusun rencana untuk mengalahkan rusa.

Para rusa malah sibuk bersantai. Mereka bahkan tak memikirkan siapa yang akan mewakili mereka bertanding esok. “Siapa saja boleh. Toh ini hanya melawan kelomang.”

Pagi pun tiba. Rusa segera bergegas ke tempat pertandingan. Di sana, sudah ada seekor kelomang menunggu. “Hei, di mana teman-temanmu?” Tanya Rusa.

“Mereka tidak ikut. Ini bukan peristiwa penting,” sahut Kelomang.

“Oh, mungkin mereka tidak tega melihatmu kalah, hihihi.”

Mendengar ejekan Rusa, Kelomang hanya tersenyum.

“Kita lihat nanti, siapa yang tertawa belakang.”

Para rusa pun bergumam, “Sombong sekali. Hewan lamban tak mungkin menang.”
Ketua Rusa memberi aba-aba.

“Satu.. dua.. tiga. Lari!” teriaknya.

Rusa lari dengan santai. Sesekali, dia berhenti dan duduk-duduk.

Berkali-kali, Rusa membiarkan Kelomang lari di depannya.

“Biar saja dia di depan, biar senang. Santai saja,” Rusa pun duduk di bawah pohon sambil terkantuk-kantuk.

Rusa tak tahu. Diam-diam, Kelomang dan kelompoknya telah mengatur strategi. Sebenarnya, ada sepuluh kelomang yang hadir di pertandingan itu. Masing-masing bersembunyi di titik perhentian, termasuk titik final.

Rusa terkantuk-kantuk, sampai dia tak melihat kelomang lagi.

“Eh, dia sudah tidak kelihatan. Aku harus menyusulnya!”

WUZZZZ…. secepat kilat. Rusa berlari. Tampak olehnya Kelomang berjalan tertatih. Rusa menyusul dan menyalip dengan mudah.

“Hihi, santai lagi ah,” kata Rusa.

Rusa kembali membiarkan Kelomang menyusul. Dia bahkan sempat mencari buah-buahan untuk makan. Dia makan sampai kenyang, lalu tidur.

Rusa tidur pulas sekali, sampai tak sadar Kelomang sudah jauh di hadapannya. PLUK… sebuah jamur air jatuh menimpa wajah Rusa.

“Aduh!”

“Haaa, Kelomang sudah dimana?” teriaknya.

Rusa buru-buru berlari lagu. Sekuat tenaga, dia mengejar Kelomang.

“Itu dia!” teriaknya saat melihat Kelomang dari kejauhan.

WUSS.. WUSS.. Rusa menyalip Kelomang.

“Menyerah sajalah, kau tak akan menang,” ejeknya.

Rusa terus berlari, sampai ke perhentian berikutnya. Namun, betapa kagetnya dia melihat Kelomang sudah ada di sana. “Hah? Kok bisa?” Rusa kembali berlari kencang.
Berulang kali Rusa menyalip Kelomang, tapi berulang kali pula Kelomang selalu kembali berada di depan. Rusa tak mau menyerah. Dia mengerahkan seluruh tenanganya untuk mempercepat larinya.

HOS… HOS… HOS… akhirnya Rusa tiba di garis akhir.

“APA?” mata Rusa membelalak. Kelomang sudah menantinya di garis akhir.

“Bagaimana mungkin?” Rusa mengucek matanya.

Teman-teman Rusa pun keheranan. Meski demikian, mereka tak menyangkal kemenangan Kelomang.

“Kami mengaku kalah. Kami akan mengembalikan semua wilayah hewan lain,” kata Ketua Rusa. Sejak saat itu, keadaan hutan kembali damai seperti dulu. Tentu, tak ada seekor hewan pun yang membocorkan rahasia Kelomang pada Rusa.